Powered by Blogger.

Sunday 30 September 2012

TEKNIK RELAKSASI dan DESENSITITASI SISTEMATIS


TEKNIK RELAKSASI dan DESENSITITASI SISTEMATIS

TEKNIK RELAKSASI

A.     KONSEP DASAR

Teknik relaksasi ini  dirintis oleh Edmund Jacobson (1929), dengan berpedoman bahwa pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan berada dalam peripheral musculature.
Asumsi dasar yang melatarbelakangi teknik relaksasi adalah bahwa individu memiliki kecemasan-kecemasan yang timbul dari keadaan fisik maupun psikisnya, sehingga diperlukan usaha untuk menyalurkan kelebihan energi dalam dirinya melalui suatu kegiatan yang menyenangkan dan menenangkan. Relaksasi tidak menganggap penting usaha pemecahan masalah penyebab terjadinya ketegangan melainkan menciptakan kondisi individu yang lebih nyaman dan menyenangkan
Ada beberapa pengertian mengenai relaksasi, yaitu:
1.      Relaksasi merupakan salah satu cara untuk mengistirahatkan fungsi fisik dan mental sehingga menjadi rileks (Suryani,2000)
2.      Relaksasi merupakan kegiatan untuk mengendurkan ketegangan, pertama-tama ketegangan jasmaniah yang nantinya akan berdampak pada penurunan ketegangan jiwa (Wiramihardja,2006)
3.      Relaksasi merupakan upaya sejenak untuk melupakan kecemasan dan mengistirahatkan pikiran dengan cara menyalurkan kelebihan energi atau ketegangan (psikis) melalui sesuatu kegiatan yang menyenagkan
4.      Relaksasi dapat memutuskan pikiran-pikiran negatife yang menyertai kecemasan (Greenberg,2000)
5.      Chaplin (1975) memberi pengertian relaksasi sebagai kembalinya otot ke keadaan istirahat setelah kontraksi. Atau relaksasi merupakan suatu keadaan tegang yang rendah dengan tanpa adanya emosi yang kuat.

B.     JENIS-JENIS TEKNIK RELAKSASI
Lichstein (1988), mengemukakan jenis-jenis teknik relaksai antara lain:

1.      Autogenic Training
Yaitu suatu prosedur relaksasi dengan membayangkan (imagery) sensasi-sensasi yang meyenagkan pada bagian-bagian tubuh seperti kepala, dada, lengan, punggung, ibu jari kaki atau tangan, pantan, pergelangan tangan. Sensasi-sensasi yang dibayangkan itu sepert rasa hangat, lemas atau rileks pada bagian tubuh tertentu, juga rasa lega karena nafas yang dalam dan pelan. Sensasi yang dirasakan ini diiringi dengan imajinasi yang meyenangkan misalnya tentang pemandangan yang indah, danau, yang tenang dan sebagainya.
2.      Progressive Training
Progressive Training adalah prosedur teknik relaksasi dengan melatih otot-otot yang tegang agar lebih rileks, terasa lebih lemas dan tidak kaku. Efek yang diharapkan adalah proses neurologis akan berjalan dengan lebih baik. Karena ada beberapa pendapat yang melihat hubungan tegangan otot dengan kecemasan, maka dengan mengendurkan otot-otot yang tegang diharapkan tegangan emosi menurun dan demikian sebaliknya.
3.      Meditation
Meditation adalah prosedur klasik relaksasi dengan melatih konsentrasi atau perhatian pada stimulus yang monoton dan berulang (memusatkan pikiran pada kata/frase tertentu sebagai focus perhatiannya ), biasanya dilakukan dengan menutup mata sambil duduk, mengambil posisi yang pasif dan berkonsentrasi dengan pernafasan yang teratur dan dalam. Ketenangan diri dan perasaan dalam kesunyian yang tercipta pada waktu meditasi harus menyisakan suatu kesadaran diri ynag tetap terjaga, meskipun nampaknya orang yang melakukan meditasi sedang berdiam diri/terlihat pasif dan tidak bereaksi terhadap lingkungannya.
Selain ketiga jenis di atas relaksasi juga dapat menggunakan media aroma, suara, cita rasa makanan, minuman, keindahan panorama alam dan air. Semua itu merupakan teknik relaksasi fisik/tubuh.

C.     TUJUAN TEKNIK RELAKSASI
Tujuan dari teknik relaksasi ada dua, yaitu :
1.      Tujuan pokok relaksasi adalah membantu orang menjadi rileks, dan dengan demikian dapat memperbaiki berbagai aspek kesehatan fisik.
2.      Membantu individu untuk dapat mengontrol diri dan memfokuskan perhatian sehingga ia dapat mengambil respon yang tepat saat berada dalam situasi yang menegangkan.

D.     TAHAP-TAHAP TEKNIK RELAKSASI
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penerapan teknik relaksasi adalah:
1.      Rasional
2.      Instruksi tentang Pakaian
3.      Menciptakan Lingkungan yang Aman
4.      Konselor Memberi Contoh Latihan Relaksasi itu
5.      Intruksi-instruksi untuk Relaksasi
6.      Penilaian setelah Latihan
7.      Pekerjaan Rumah dan Tindak Lanjut
Persiapan-persiapan yang perlu dilakukan sebelum menerapkan teknik relaksasi antara lain:
1.      Lingkungan Fisik
Ø  Kondisi Ruangan
Ruang yang digunakan untuk latihan relaksasi harus tenang, segar, nyaman, dan cukup penerangan sehingga memudahkan konseli untuk berkonsentrasi.
Ø  Kursi
Dalam relaksasi perlu digunakan kursi yang dapat memudahkan individu untuk menggerakkan otot dengan konsentrasi penuh; seperti menggunakan kursi malas, sofa, kursi yang ada sandarannya atau mungkin dapat dilakukan dengan berbaring di tempat tidur
Ø  Pakaian
Saat latihan relaksasi sebaiknya digunakan pakaian yang longgar dan hal-hal yang mengganggu jalannya relaksasi (kacamata, jam tangan, gelang, sepatu, ikat pingga) dilepas dulu.
2.      Lingkungan yang ada dalam Diri Konseli
Individu harus mengetahui bahwa:
Ø  Latihan relaksasi merupakan suatu ketrampilan yang perlu dipelajari dalam waktu yang relatif lama dan individu harus disiplin serta teratur dalam melaksanakannya
Ø  Selama frase permulaan latihan relaksasi dapat dilakukan paling sedikit 30 menit setiap hari, selama frase tengah dan lanjut dapat dilakukan selama 15-20 menit, dua atau tiga kali dalam seminggu. Jumlah sesion tergabtung pada keadaan individu dan stress yang dialaminya
Ø  Ketika latihan relaksasi kita harus mengamati bahwa bermacam-macam kelompok otot secara sistematis tegang dan rileks
Ø  Dalam melakukan latihan relaksasi individu harus dapat membedakan perasaan tegang dan rileks pada otot-ototnya
Ø  Setelah suatu kelompok otot rileks penuh, bila individu mengalami ketidakenakan ketidakenakan, sebaiknya kelompok otot tersebut tidak digerakkan meskipun individu mungkin merasa bebas bergerak posisinya
Ø  Saat relaksasi mungkin individu mengalami perasaan yang tidak umum, misalnya gatal pada jari-jari, sensasi yang mengambang di udara, perasaan berat pada bagian-bagian badan, kontraksi otot yang tiba-tiba dan sebagainya, maka tidak perlu takut; karena sensasi ini merupakan petunjuk adanya relaksasi. Akan tetapi jika perasaan tersebut masih mengganggu proses relaksasi maka dapat diatasi dengan membuka mata, bernafas sedikit dalam dan pelan-pelan, mengkontraksikan seluruh badan kecuali relaksasi dapat diulangi lagi.
Ø  Waktu relaksasi individu tidak perlu takut kehilangan kontrol karena ia tetap berada dalam kontrol yang dasar
Ø  Kemampuan untuk rileks dapat bervariasi dari hari ke hari
Ø  Relaksasi akan lebih efektif apabila dilakukan sebagai metode kontrol diri


E.      MANFAAT dan KELEBIHAN TEKNIK RELAKSASI
Ada beberapa manfaat dari penggunaan teknik relaksasi, menurut Welker,dkk,dalam Karyono,1994; penggunaan teknik relaksasi memiliki beberapa manfaat sebagai berikut:
1.      Memberikan ketenangan batin bagi individu
2.      Mengurangi rasa cemas, khawatir dan gelisah
3.      Mengurangi tekanan dan ketegangan jiwa
4.      Mengurangi tekanan darah, detak jantung jadi lebih rendah dan tidur menjadi nyenyak
5.      Memberikan ketahanan yang lebih kuat terhadap penyakit
6.      Kesehatan mental dan daya ingat menjadi lebih baik
7.      Meningkatkan daya berfikir logis, kreativitas dan rasa optimis atau keyakinan
8.      Meningkatkan kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain
9.      Bermanfaat untuk penderita neurosis ringan, insomnia, perasaan lelah dan tidak enak badan
10.  Mengurangi hiperaktif pada anak-anak, dapat mengontrol gagap, mengurangi merokok, mengurangi phobia, dan mengurangi rasa sakit sewaktu gangguan pada saat menstruasi serta dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi ringan.

F.      KEKURANGAN TEKNIK RELAKSASI
Kekurangan kteknik relaksasi adalah sebgai berikut:
1.      Pelaksanaan teknik relaksasi memerlukan waktu yang relative lama (karena dilakukan berulang-ulang atau tidak hanya sekali)
2.      Pelaksanaanya membutuhkan tempat yang kondusif (nyaman dan tenang)
3.      Konseli yang kurang bisa memfokuskan pikiran atau konsentrasinya dapat menghambat pelaksaan teknik relaksasi
4.      Membutuhkan sarana dan prasarana yang cukup banyak
Selain itu, menurut Nadjamuddin keterbatasan dalam pelaksanaan relaksasi antara lain disebabkan karena adanya faktor:
1.      Faktor Teknis
Faktor teknis ini meliputi kurang terampilnya instruktur dalam memberikan instruksi, sehingga kesannya kaku; media yang digunakan dalam relaksasi kurang begitu diperhatikan; kondisi ruangan kurang diperhatikan.
2.      Faktor dari Dalam Diri Konseli
Konseli kurang bisa mengontrol diri; konseli salah kostum; konseli mengutamakan nilai pribadinya
3.      Faktor dari Masalah Konseli itu Sendiri
Beratnya masalah yang dihadapi konseli itu membuatnya dikuasai masalah tersebut padahal seharusnya dia harus mampu menguasai masalah tersebut. Meskipun dia sudah beberapa kali diterapi kurang menunjukkan perubahan yang lebih baik.


    KONSEP DASAR TEKNIK DESENSITITASI SISTEMATIS

Desensitisasi sistematis merupakan teknik yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif, biasanya berupa kecemasan dan disertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan. Desensitisasi sistematis dilakukan dengan menerapkan pengkondisian klasik yaitu dengan melamahkan keukatan stimulus penghasil kecemasan, gejala kecemasan bisa dikendalikan dan dihapus melalui penggantian stimulus, melibatkan teknik relaksasi. Melatih konseli untuk santai dan mengasosiasikan keadaan santai dengan pengalaman pembangkit kecemasan yang dibayangkan atau divisualisasikan.
Menurut Lutfi fauzan teknik desensitisasi sitematis merupakan salah satu teknik perubahan perilaku yang didasari teori atau pendekatan behavioral klasikal yang memandang manusia atau kepribadian manusia pada hakikatnya adalah perilaku yang dibentuk berdasarkan hasil pengalaman dari interaksi individu dengan lingkungannya.

B.     TUJUAN TEKNIK DESENSITITASI SISTEMATIS
Tujuan teknik desensitisasi sistematis adalah :
1.      Teknik desensitisasi sistematis bermaksud mengajar konseli untuk memberikan respon yang tidak konsisten dengan kecemasan yang dialami konseli.
2.      Mengurangi sensitifitas emosional yang berkaitan dengan kelainan pribadi atau masalah sosial.

C.     TAHAP-TAHAP DESENSITISASI SISTEMATIS
Langkah-langkah dalam melakukan desensititasi sistematis yaitu :
1.      Analisis tingkah laku yang membangkitkan kecemasan
2.      Menyusun tingkat kecemasan
3.      Membuat daftar situasi yang memunculkan/ meningkatkan taraf kecemasan mulai dari ypng paling rendah sampai paling tinggi’
4.      Melatih relaksasi konseli yang digariskan Yacobsen dan diuraikan secara rinci oleh Wolpe yaitu dengan berlatih pengenduran otot dan bagian tubuh dengan titik berat wajah, tangan, kepala, leher, pundak, punggung, perut, dada, dan anggota badan bagian bawah.
5.      Konseli mempraktikan 30 menit setiap hari, hingga terbiasa untuk santai dengan cepat.
6.      Pelaksanaan Desensitisasi sistematis konseli dengan santai dan mata tertutup.
7.      Meminta konseli membayangkan dirinya berasa pada satu situasi yang netral, menyenangkan, santai, nyaman, tenang. Saat konseli santai diminta membayangkan situasi yang menimbulkan kecemasan pada tingkat paling rendah.
8.      Dilakukan terus secara bertahap sampai tingkat yang memunculkan rasa cemas dan hentikan.
9.      Kemudian dilakukan relaksasi lagi sampai konseli santai, diminta membayangkan lagi pada situasi dengan kecemasan yang lebih tinggi dari sebelumnya.
10.  Terapi selesai apabila konseli mampu tetap santai ketika membayangkansituasi yang sebelumnya paling menggelisahkan dan mencemaskan.
11.  Cocok untuk kasus fobia, takuk ujian, impotensi, friggitas, kecemasan neurotic, ketakutan yang digeneralisasi.
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan sebuah desensititasi tidak berhasil dilakukan. Penyebab kegagalan disensititasi sistematis tersebut antara lain :
1.      Konseli yang mengalami kesulitan dalam melakukan relaksasi.
2.      Tingkatan kecemasan yang tidak relevan atau tidak tepat saat disusun bersama konseli.
3.      Ketidakmemadaian dalam membayangkan.


D.     MANFAAT dan KELEBIHAN TEKNIK DESENSITITASI SISTEMATIS
Manfaat teknik desensititasi sistematis
1.      Mengurangi maladaptasi kecemasan yang dipelajari lewat conditioning (seperti phobia) tapi juga dapat diterapkan pada masalah lain.
2.      Dapat melemahkan atau mengurangi perilaku negatifnya tanpa menghilangkannya.
3.      Konseli mampu mengaplikasikan teknik ini dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus ada konselor yang memandu.
4.      Menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap.
5.      Menghilangkan perilaku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan

E.      KEKURANGAN TEKNIK DESENSITITASI SISTEMATIS
Terdapat Konselor yang masih mendasarkan konseling dengan menggunakan teknik yang berakar pada hukum-hukum belajar
1.      Tidak semua konselor mampu berperan propagandist dalam penerapan teknik konseling Desensitisasi Sistematis.
2.      Dalam teknik desensitisasi sistematis perlu melibatkan teknik-teknik lain untuk membantu konseli . Contoh: relaksasi
3.      Teknik ini memerlukan waktu yang lama untuk penerapannya sebab terdapat tahap-tahap atau tingkatan yang berkelanjutan dalam membantu konseli. Misalnya
Tahap I : menghilangkan kecemasan tingkat rendah
Tahap II : menghilangkan kecemasan tingkat sedang
Tahap III : menghilangkan kecemasan tingkat tinggi
4.      Konselor perlu membuat format-format tertentu yang sangat detail mengenai masalah konseli sesuai dengan tingkatan atau tahapan-tahapan teknik ini.

DAFTAR PUSTAKA
Komalasari, G. dkk.2011.Teori dan Teknik Konseling.Jakarta.Indeks.
Http://lutfifauzan.wordpress.com/2009/12/29/teknik-konseling-individu-relaksasi/diunduh 2/10/2011
Http://lutfifauzan.wordpress.com/2009/12/31/koseptual-tentang-desensitisasi-sistematis/diunduh 2/10/2011
Http://tresacounselor.blogspot.com/2011/03/teknik-desensitisasi-sistematis.html/ diunduh 4/10/2011


0 comments: